FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA TOPIK 2 T2.5. ELABORASI PEMAHAMAN

 1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Saudara yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

Tradisi larung kepala kerbau di Jepara, yang dilaksanakan setiap 7 Syawal, merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Jepara yang banyak berprofesi sebagai nelayan atas hasil tangkapan mereka selama setahun. Tradisi ini sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya nilai-nilai luhur budaya dalam pendidikan dan kehidupan masyarakat.
Kekuatan Konteks Sosio-Kultural antara lain:


1. Ungkapan Syukur dan Kearifan Lokal
Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diterima, serta harapan untuk keberkahan di masa depan. Pelarungan kepala kerbau dan sesaji lainnya dilakukan dengan doa dan harapan agar hasil tangkapan nelayan lebih baik di tahun mendatang. Acara atau tradisi Ini mencerminkan nilai spiritual yang kuat dimiliki oleh masyarakat Jepara. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menekankan tentang pentingnya pendidikan karakter dan spiritualitas dalam membentuk masyarakat yang berbudaya.


2. Pelestarian Tradisi
Larungan Kepala Kerbau atau yang disebut dengan Pesta Lomban bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi ajang pelestarian budaya lokal. Masyarakat Jepara secara aktif terlibat dalam prosesi ini, menunjukkan sikap melestarikan budaya yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa pendidikan harus mencakup pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari identitas nasional. 


3. Partisipasi dan Kebersamaan
Tradisi Larungan Kepala Kerbau atau juga disebut dengan pesta lomban melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk pejabat daerah dan warga lokal. Kolaborasi tersebut menciptakan rasa kebersamaan, solidaritas, dan gotong royong. Hal ini sesuai dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pentingnya kolaborasi dalam pendidikan dan pembangunan masyarakat.

2. Bagaimana Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik, sebagai anggota masyarakat?

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal untuk memperkuat karakter peserta didik. Terdapa beberapa cara konkret yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:


1. Pendidikan Karakter Berdasarkan Kearifan Lokal.
Melakukan pengintegrasian nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan rasa saling menghormati satu dengan lainnya. dalam kurikulum. Contohnya adalah mengajar nilai-nilai dari cerita rakyat Semarang atau legenda lokal yang mengajarkan kebaikan.


2. Aktivitas Kebudayaan.
Melakukan aktivitas yang melibatkan peserta didik dalam merayakan tradisi lokal, seperti festival budaya, kompetisi seni, atau latihan menjadi dalang wayang rotan dan mengukir. Hal Ini akan membantu peserta didik memahami dan menghargai warisan budaya mereka.


3. Proyek Komunitas.
Memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam proyek yang berguna bagi masyarakat, seperti membersihkan lingkungan atau melakukan kegiatan sosial yang menunjukkan nilai-nilai semangat gotong royong yang kuat dalam budaya Jawa.

4. Belajar Melalui Pengalaman
Mengadakan kunjungan lapangan ke situs-situs bersejarah atau tempat yang kaya akan budaya, seperti Museum Kartini Jepara untuk memberikan pemahaman langsung tentang sejarah dan budaya lokal.

5. Melakukan Pemberdayaan Tokoh Budaya
Dilakukan dengan mengundang tokoh masyarakat atau budayawan setempat untuk berbagi pengalaman dan nilai-nilai yang dapat memotivasi peserta didik serta memperkuat rasa cinta terhadap budaya lokal.


6. Diskusi dan Refleksi
Membuat forum diskusi di kelas tentang nilai-nilai budaya yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti etika dalam pergaulan dan pentingnya menjaga hubungan antar warga.
Melalui cara-cara yang telah disebutkan diatas, gagasan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dapat diartikan dan disesuaikan dengan kearifan lokal, sehingga dapat membentuk karakter peserta didik yang kuat, bertanggung jawab, dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.

3. Ambillah salah satu kekuatan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, kemudian uraikan bagaimana cara Saudara menggunakannya untuk menebalkan laku peserta didik sesuai dengan konteks lokal dan sosial budaya!

Salah satu kekuatan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diterapkan untuk menebalkan laku peserta didik yakni Budi Pekerti yang dapat dijadikan sebagai Pondasi Utama. Pemikiran ini menekankan pada pentingnya pendidikan karakter sebagai landasan dalam pembentukan kepribadian peserta didik.
Penerapan Budi Pekerti dalam Konteks Lokal dan Sosial Budaya
Refleksi Nilai-nilai Luhur Ki Hadjar Dewantara mengajarkan tentang pendidikan harus mencakup nilai-nilai moral yang kuat. Dalam konteks lokal, nilai-nilai seperti gotong royong, sopan santun, dan menghormati orang tua dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum. Misalnya, mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat, seperti membersihkan lingkungan atau membantu warga lanjut usia.
Tindak Lanjut di Kelas:


1. Integrasi Kurikulum:
Melakukan pengembangan terkait dengan modul pembelajaran yang mencakup nilai-nilai lokal. Contohnya, pelajaran tentang sejarah daerah yang mengedepankan tokoh-tokoh lokal dan menjelaskan peranannya.


2. Kegiatan Praktis:
Melakukan kegiatan pembuatan projek yang membuat peserta didik dapat berpartisipasi langsung, seperti kegiatan bakti sosial atau festival budaya. Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap sosial.


3. Menciptakan Lingkungan Inklusif:
Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pada pentingnya interaksi yang harmonis antara peserta didik walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan memiliki semangat gotong royong, menjadikan lingkungan kelas bisa sebagai tempat di yang membuat peserta didik merasa dihargai dan termotivasi untuk berkontribusi.


4. Menginternalisasi Nilai-nilai Budaya Pendidikan tidak hanya tentang sekadar mentransfer pengetahuan tetapi juga tentang memahami dan menghargai budaya lokal. Mengajarkan peserta didik tentang adat istiadat, seni, dan sejarah lokal membantu mereka mewujudkan nilai-nilai tersebut dan menghargai warisan budaya yang dimiliki.


Dapat disimpulkan dengan menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang budi pekerti, peserta didik tidak hanya unggul dalam pembelajaran, tetapi menjadi seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab, empati, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Dengan melakukan pendekatan seperti ini diharapkan mampu membawa perubahan yang lebih postif dalam dunia pendidikan sesuai dengan konteks sosial budaya daerah setempat.




 

Post a Comment

0 Comments