FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA TOPIK 1 T1.7. AKSI NYATA (SAYA SOSOK GURU IDEAL MASA DEPAN)

            Menjadi seorang guru bukanlah perkara mudah. Bagi saya menjadi seorang guru bukan hanya sebatas bekerja tetapi harus berniat tulus mencerdaskan anak-anak bangsa untuk memajukan negeri ini dengan generasi berprestasi. Saya mengidamkan menjadi sosok guru yang selalu berpihak pada peserta didik dapat dilakukan dengan memberikannya kesempatan untuk berpendapat. Contohnya dengan mendengarkan pendapatnya terkait kebijakan kelas dan kesulitan belajar. Saya ingin menjadi guru sekaligus teman bagi peserta didik. Melalui cara seperti ini para peserta didik akan dekat dan tidak takut untuk berpendapat dalam menyampaikan keluh kesahnya. Dari sinilah saya akan lebih mengenali peserta didik dan mampu memberikan solusi yang terbaik atas permasalahan yang dialami.

         Saya ketika menjadi seorang guru akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuan dengan caranya sendiri artinya tidak memaksakan peserta didik memahami materi dengan cara saya. Misalnya peserta didik dengan gaya belajar audio maka akan saya fasilitasi belajar dengan mengguanakan media audio dan tidak saya paksa untuk mengikuti cara saya dengan belajar menggunakan media visual. Selain itu, saya akan mendukung segala potensi yang dimiliki peserta didik. Saya percaya setiap peserta didik pintar, memiliki minat, dan bakat masing-masing yang tidak bisa disamakan. Peserta didik memiliki potensi untuk dikembangkan agar mampu berprestasi dan memperoleh hasil yang maksimal. Tolak ukur tidak hanya pada bidang akademik saja tetapi banyak peserta didik yang memiliki potensi dibidang non akademik. Contohnya terdapat peserta didik yang kurang dalam pelajaran Matematika tetapi peserta didik tersebut pintar dalam bermain sepak bola. Maka sikap saya akan mendukung potensinya dengan mengarahkannya untuk mengikuti lomba atau seleksi club sepak bola. Peserta didik tersebut akan berhasil jika mendapatkan dukungan dan arahan. Sebagai guru saya tidak akan mencela kelemahannya karena saya sadar itu akan menjatuhkan mental dan membuat peserta didik menjadi tidak percaya diri. Hal ini sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yakni “Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.

        Saya sangat menghidari menjadi guru yang membelenggu peserta didik. Membelenggu peserta diartikan hanya berfokus pada penyempaian materi tanpa melihat karakteristik, minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Membelenggu peserta didik justru akan membuat peserta didik menjadi tertekan, tidak nyaman karena merasa terpaksa, dan berdampak pada tidak optimalnya perkembangan potensi peserta didik. Melepas belenggu akan mendorong guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan dimana juga mempertimbangkan karakter dan potensi peserta didik. Contoh kegiatan melepaskan belenggu adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembalajaran berbasis projek. Disamping itu, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif juga harus saya lakukan. Misalnya dengan menciptakan ruang kelas yang berisi karya-karya peserta didik sebagai bentuk apresiasi atas usaha yang dailakukan dan mendorong semua warga sekolah memiliki rasa kekeluargaan serta saling mendukung. Saat menjadi guru saya akan menerapkan belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dengan belajar mengenai metode, strategi, dan teknik mengajar. Selain itu, sebagai guru harus mengikuti dan segera menyesuaikan diri dengan kurikulum yang berlaku. Dengan memahami kurikulum maka guru akan menerapkan pembelajaran yang sesuai mengingat salah satu faktor perubahan kurikulum adalah menjawab tantangan zaman.

Post a Comment

0 Comments