Nama : Vannesa Almayra Nugroho
NIM : 24402400744
Kelas : PPG Bagi Calon Guru/PGSD C
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Topik : Topik 2 (T2.4 Demonstrasi Kontekstual)
LK 2.2 Demonstrasi Kontekstual
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Dasar-dasar Pendidikan Indonesia
Judul Demonstrasi Kontekstual |
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Dasar-dasar Pendidikan Indonesia |
Bentuk |
Podcast |
Sinopsis Demonstrasi Kontekstual |
Makna pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu dalam pandangan beliau, murid adalah pusat dari segala aktivitas pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu murid-murid dalam mengembangkan potensi diri mereka. Pendidikan dan pengajaran menurut Ki Hajar Dewantara sangatlah positif dan inspiratif. Ki Hajar Dewantara, sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, mengajarkan filosofi bahwa pendidikan harus memerdekakan, mengembangkan, dan mengarahkan potensi individu agar mereka menjadi manusia yang berdaya dan mandiri. Menurut beliau, pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan kepribadian siswa. Filosofi "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani" yang beliau gagas memiliki makna yang mendalam. Artinya, seorang pendidik harus mampu memberi teladan di depan, membangkitkan semangat di tengah, dan memberikan dorongan dari belakang. Prinsip-prinsip ini mendorong saya untuk menjadi guru yang menghargai potensi setiap anak, membimbing mereka untuk berpikir kritis, serta menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dengan cara ini, saya berharap dapat membantu siswa menemukan bakat dan minat mereka, serta memotivasi mereka untuk terus belajar sepanjang hayat. Relevansi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang memerdekakan, yakni pendidikan yang bertujuan untuk membebaskan manusia dari ketidaktahuan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Relevansi saat ini, konsep pendidikan yang memerdekakan sangat sesuai dengan fokus pada pengembangan kompetensi abad 21, seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Pendidikan di era digital dan globalisasi membutuhkan pendekatan yang lebih personal dan memerdekakan siswa untuk berpikir mandiri, berinovasi, dan beradaptasi dengan perubahan. Seperti penerapan kurikulum merdeka saat ini, dimana konsep kurikulum merdeka ini adalah pembelajaran yang memerdekakan peserta didik. pembelajaran didesain sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sesuai dengan minat bakat, sehingga potensi yang dimiliki peserta didik dapat optimal. Dalam kurikum merdeka ini pembelajaran juga harus inklusif, sehingga seluruh peserta didik dapat merasakan pembelajaran yang bermakna. Jadi, pendidikan kita saat ini sudah relevan dengan pemikiran ki Hadjar dewantara. Pengalaman dahulu waktu di sekolah sudah merdeka dalam belajar sangatlah berkesan. Saya merasa memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi berbagai topik yang saya minati, tanpa merasa dibatasi oleh kurikulum yang kaku. Guru-guru di sekolah saya memberikan ruang untuk berdiskusi, berkreasi, dan menyampaikan pendapat tanpa rasa takut. Mereka juga mendorong kami untuk berpikir kritis dan berani mengambil inisiatif dalam belajar. Metode pembelajaran yang diterapkan saat itu sangat beragam, mulai dari kerja kelompok, diskusi, hingga proyek-proyek kreatif yang mengajak kami untuk berpikir di luar kebiasaan. Saya merasa lebih termotivasi karena pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga melalui kegiatan-kegiatan praktis di luar kelas yang membuat pelajaran menjadi lebih menyenangkan dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Dr Ali Anwar Yusuf dalam buku Filsafat Pendidikan Kontemporer (2023), arti kata menuntun dalam hakikat pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantara adalah membimbing semua kodrat yang ada dalam diri anak agar mencapai potensi terbaiknya. Jadi Menuntun adalah mendampingi dan mengantar anak ke sebuah tujuan dengan bimbingan seorang guru. Namun bukan sekadar transfer pengetahuan, dapat dimaknai lebih dari itu, guru dapat berkolaborasi dengan anak, memberikan ruang berfikir kritis, anak melakukan refleksi dengan komunikasi yang kreatif dan inovatif. Pendidikan di Indonesia dikaitkan dengan konteks sosial budaya sebagai pembentukan karakter yaitu: Di daerah saya yaitu Batang khususnya Masyarakat nelayan klidang lor (Tempat Pelelangan Ikan) terdapat tradisi Nyadran laut berupa upacara adat larungan yang dilakukan setiap tahun. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rezeki berupa segala bentuk hasil laut. Hal tersebut mencerminkan nilai-nilai luhur budaya, seperti gotong royong dan kebersamaan, kemandirian dan penguatan identitas, toleransi, serta hormat kepada orang tua dan leluhur. Dalam hal ini, sesuai dengan pemikiran KHD yang berfokus pada pembentukan karakter dan moral yang baik. Di daerah saya yaitu Magelang terdapat tradisi yaitu grebeg gethuk. Tradisi ini merupakan tradisi unik yang diadakan di Magelang, Jawa Tengah, sebagai bagian dari perayaan yang merayakan hasil panen dan mempererat kebersamaan masyarakat. Kegiatan ini biasanya melibatkan pembuatan dan penghidangan getuk, sejenis makanan tradisional yang terbuat dari singkong. Grebeg getuk ini menjadi momen untuk masyarakat Magelang menanamkan nilai-nilai seperti gotong royong, saling menghormati, dan berbagi. Ki Hadjar menekankan pentingnya pendidikan karakter, dan kegiatan ini memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar nilai-nilai luhur melalui praktik langsung. Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan menyesuaikan kodrat alam dan zaman. Dengan mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman, pendidikan dapat menjadi lebih efektif, relevan, dan bermakna. Hal ini akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan siap menghadapi tantangan zaman. Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat zaman dan kodrat alam agar tetap relevan dan efektif. Tentunya dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman, menghargai kearifan lokal dan lingkungan, dan pendidikan yang kontekstual. Kesimpulannya bahwa pendidikan dan pengajaran sangat erat kaitannya. Pendidikan sebagai wadah dan pengajaran sebagai prosesnya. Pendidikan harus berpusat pada peserta didik, tidak memaksakan pembelajaran sesuai dengan kehendak guru. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara harus mengikuti perkembangan zaman, berdasarkan kearifan budaya lokal, serta memerdekakan peserta didik. |
Link Produk Demonstrasi Kontekstual |
https://drive.google.com/file/d/1bHyDcv-Z9WGYRr5x4ps_eVvmXkRsF0q1/view?usp=sharing |
0 Comments